Ad
Scroll untuk melanjutkan membaca
Ad

Nazar Apache, Menyanyi untuk Mengingatkan Aceh pada Jati Diri

Nazar Apache, atau dikenal juga sebagai Nazar Shah Alam, adalah vokalis sekaligus pendiri band folk Aceh Apache13. Foto: Instagram

ACEHDIURNA.COM - Ketika senja mulai merunduk di langit Banda Aceh, gema pantun dan syair Aceh seringkali mengalun dari panggung sederhana maupun alun-alun kota. 

Di antara suara-suara lokal itu, nama Nazar Apache kian menonjol.

Bukan cuma sebagai penyanyi, tetapi sebagai simpul antara musik, tradisi, dan aspirasi generasi muda Aceh.

Nazar Apache, atau dikenal juga sebagai Nazar Shah Alam, adalah vokalis sekaligus pendiri band folk Aceh Apache13. 

Di dunia musik Aceh, peranannya bukan sekadar menyanyi: ia menjadi penghubung antara akar budaya Aceh dengan desakan zaman modern.

Awal Mula dan Catatan Musik

Band Apache13 resmi dibentuk pada tahun 2013 dengan Nazar Shah Alam dan Ikram Fahmi sebagai penggagas utama. 

Belakangan, band ini dikenal sebagai pionir folk kontemporer Aceh: lagu-lagu mereka kerap memakai bahasa Aceh, mengangkat tema lokal, dan tetap memiliki daya tarik bagi telinga anak muda.

Beberapa karya Nazar sendiri memperlihatkan sisi kreatifnya yang mandiri. 

Sebagai contoh, lagu “Keukai Lam Rateb” ditulis, digubah, dan dinyanyikan oleh Nazar sendiri.

Melalui platform seperti SoundCloud, karya ini menjadi semacam pernyataan pribadi.

Bahwa ia ingin berkarya tanpa terlalu bergantung pada sistem musik komersial besar.

Nazar juga muncul sebagai artis di platform streaming besar.

Ia tercatat sebagai artis di Tidal dalam karya “Aceh Seranto Demi Bangsa / Meusahoe Uroe Raya” --bukti bahwa meski pangsa pasar Aceh terbilang niche, suaranya tetap bisa menjangkau pendengar lebih luas.

Gaya, Narasi, dan Genre

Musik Nazar Apache dan Apache13 bisa dikatakan sebagai folk lokal dengan cita rasa Aceh. 

Tidak terlalu eksperimental atau kompleks secara teknis, melainkan sederhana dan akrab — lagu-lagu yang mudah dinyanyikan oleh khalayak umum. 

Ia menggunakan bahasa Aceh sesering mungkin dalam liriknya, agar pendengarnya merasa “di rumah sendiri” ketika mendengarkan.

Secara naratif, tema lagu-lagunya cenderung tentang kehidupan sehari-hari, kerinduan kampung, budaya, dan perasaan kolektif. 

Ia mencoba agar musik bukan hanya hiburan, melainkan medium mitigasi identitas — agar generasi muda Aceh tidak lepas dari akar budayanya.

Di Panggung Sosial dan Publik

Nazar Apache tak hanya bergerak dalam musik. 

Ia kerap muncul sebagai aktor sosial dan kultur di Aceh. 

Lewat akun Instagram-nya ia mengunggah penampilan dalam event-event lokal — seperti membawakan lagu pembuka dalam turnamen sepak bola Piala Bupati Pidie untuk menyambut Uroe Lahe Pidie ke-514

Ia juga kadang menyampaikan kritik publik. 

Misalnya, Nazar pernah mengkritisi Wali Kota Banda Aceh melalui unggahan di Facebook pribadinya. 

Arah kritik ini menunjukkan bahwa ia tak malu mengangkat suara rakyat lewat ruang kreatif yang dimilikinya.

Dalam pengakuannya sebagai vokalis dan figur publik, Nazar tampak meletakkan beban: menjadi “wakil budaya Aceh” dalam kapasitasnya sendiri. 

Banyak panggung budaya, undangan kampus, dan kegiatan seni yang menaruh kepercayaan pada namanya sebagai magnet lokal.

Dilema dan Tantangan

Tapi jalan sebagai seniman lokal tak mulus. 

Di Aceh, infrastruktur industri musik masih terbatas: manajemen, promosi, penghasilan, dan distribusi masih menjadi tantangan besar. Seringkali karya lokal “terjebak” di pulau Aceh dan sulit menembus pasar nasional.

Selain itu, menjaga keseimbangan antara idealisme budaya dan kebutuhan hidup sehari-hari juga menjadi dilema. 

Apakah sebuah karya harus “komersial” agar bertahan? Atau tetap “autentik” agar nilai lokal tidak terkorbankan? Nazar, dari beberapa karya seperti “Keukai Lam Rateb”, tampak memilih jalan tengah: berkarya sendiri dengan semangat lokal, meskipun konsekuensinya adalah jangkauan yang terbatas.

Tantangan lain: dokumentasi dan liputan media. 

Profil lengkap seperti latar keluarga, pendidikan, penghargaan resmi belum mudah ditemukan di catatan daring — yang mengindikasikan bahwa seniman seperti Nazar belum mendapatkan perhatian arus utama media besar.

Menapak Masa Depan


Melihat langkahnya sejauh ini, Nazar Apache tampak seperti benih yang sedang tumbuh — belum tinggi, tetapi akarnya sudah mulai kuat. 

Jika ia berhasil menjaga kualitas, memperluas jaringan, dan menjangkau lebih banyak kolaborasi, bukan mustahil karyanya akan lebih dikenal di level nasional — dan mungkin internasional.

Salah satu peluang adalah lewat kolaborasi dengan musisi luar Aceh atau mencampur unsur-unsur musik modern dengan folk Aceh secara inovatif. 

Lagu-lagu Aceh yang dekat dengan publik bisa diberi “warna baru” agar lebih mudah diresapi oleh pendengar dari luar Aceh.

Suara Aceh dalam Nada

Nazar Apache tidak sekadar penyanyi: dia adalah penjaga narasi Aceh yang mencoba menyuarakan identitas lokal lewat nada sederhana namun bermakna. 

Dalam tiap pementasannya, di balik mikrofon, ada harapan agar generasi Aceh tidak kehilangan suaranya sendiri.

Dalam dunia yang semakin terhubung dan serba cepat, kebutuhan akan “akar” menjadi semakin penting. 

Dan di Aceh, suara akar itu salah satunya terdengar dari Nazar Apache — laki-laki yang memilih menyanyi bukan hanya untuk didengar, tapi juga untuk diingat.[]

Nama lengkap: Nazar Shah Alam

Nama panggung / dikenal sebagai: Nazar Apache atau biasa disebut “Apache” dari grup Apache 13

Media sosial: akun Instagram @nazar_apache dengan sekitar 87.000 pengikut 

Selain sebagai penyanyi, ia juga aktif dalam bidang sastra, penulisan, dan kegiatan budaya di Aceh

Karier Musik dan Keterlibatan di Apache 13

Nazar adalah vokalis dari grup musik folk Aceh bernama Apache 13.

Dalam grup, ia sering disebut sebagai “kepala suku” yang bertanggung jawab atas lirik lagu dan arah kreativitas lagu-lagu mereka.

Apache 13 dikenal dengan lirik yang ringan dan mudah dicerna, menggunakan bahasa Aceh dalam beberapa karyanya, serta gaya musik yang dekat dengan anak muda dan masyarakat umum.

Grup ini juga memiliki latar belakang kegiatan sosial — awalnya grup ini terbentuk untuk mengamen dan membantu korban bencana atau mengisi kegiatan amal.

Also Read
Tag:
Latest News
  • Nazar Apache, Menyanyi untuk Mengingatkan Aceh pada Jati Diri
  • Nazar Apache, Menyanyi untuk Mengingatkan Aceh pada Jati Diri
  • Nazar Apache, Menyanyi untuk Mengingatkan Aceh pada Jati Diri
  • Nazar Apache, Menyanyi untuk Mengingatkan Aceh pada Jati Diri
  • Nazar Apache, Menyanyi untuk Mengingatkan Aceh pada Jati Diri
  • Nazar Apache, Menyanyi untuk Mengingatkan Aceh pada Jati Diri