![]() |
| Alia Sabur, gadis asal Amerika Serikat, mulai kuliah saat berusia 10 tahun dan menyelesaikan gelar doktor pada usia 19. Foto: Bidoun |
ACEHDIRUNA.COM -Di berbagai belahan dunia, ada anak-anak yang lahir dengan kemampuan luar biasa jauh di atas rata-rata.
Mereka disebut anak gifted-- individu dengan potensi intelektual, kreativitas, atau kemampuan tertentu yang menonjol sejak usia dini.
Beberapa dari mereka bahkan mengguncang dunia dengan prestasi yang sulit dipercaya, baik di bidang sains, seni, maupun teknologi.
Berikut lima di antaranya yang kisahnya menginspirasi banyak orang.
1. Kim Ung-Yong – Jenius dari Korea Selatan
![]() |
| Pada usia 1 tahun, ia sudah mampu mengenali alfabet Korea dan 1.000 karakter Hanzi dari puisi klasik Cina. Foto: Commons.wikemedia |
Kim Ung-Yong dikenal luas sebagai salah satu manusia paling jenius di dunia.
Sejak bayi, ia sudah menunjukkan kemampuan luar biasa: berbicara di usia enam bulan dan membaca empat bahasa saat berusia tiga tahun.
Pada usia remaja, Kim sudah diundang NASA untuk melakukan riset di bidang sains dan matematika.
Namanya bahkan tercatat di Guinness World Records sebagai manusia dengan IQ tertinggi, yakni sekitar 210.
Kelahiran dan Bakat Awal
![]() |
| Pada tahun 1978 tercatat di buku Guinness World Records sebagai orang dengan skor IQ tertinggi (210) yang pernah dicatat.Foto: Commons.wikemedia |
Ayahnya seorang profesor fisika, dan ibunya seorang pengajar-- lingkungan intelektual yang kuat sejak dini.
Pada usia 1 tahun, ia sudah mampu mengenali alfabet Korea dan 1.000 karakter Hanzi dari puisi klasik Cina.
Pada usia 3 tahun, ia disebut-sebut sudah bisa menyelesaikan soal kalkulus diferensial dan integral.
Kemampuan bahasanya juga luar biasa: pada usia 5 tahun, sudah dia kuasai lima bahasa (Korea, Inggris, Perancis, Jerman, Jepang).
Prestasi Luar Biasa
Ia sempat menjadi mahasiswa tamu bidang fisika di Hanyang University antara usia 3 hingga 6 tahun.
Tahun 1974-an (sekitar usia 7 atau 8) ia diundang oleh NASA untuk melakukan riset di Amerika Serikat.
Pada tahun 1978 tercatat di buku Guinness World Records sebagai orang dengan skor IQ tertinggi (210) yang pernah dicatat.
Kehidupan dewasa dan refleksi
Meskipun prestasinya mengagumkan, Kim Ung-Yong kemudian menyatakan bahwa hidupnya sebagai “anak genius” bukan tanpa tantangan.
Ia mengatakan:
“Saat itu saya hidup seperti mesin — bangun, selesaikan soal, makan, tidur… saya benar-benar tidak tahu apa yang saya lakukan dan saya kesepian.”
Ia memutuskan kembali ke Korea Selatan, menyelesaikan pendidikan secara resmi (termasuk ijazah sekolah dasar/menengah yang dilewati duluan) dalam waktu singkat.
Kini ia menjadi dosen/peneliti di Korea, dan menekankan bahwa kecerdasan tinggi bukanlah jaminan kesuksesan atau kebahagiaan--yang penting adalah menemukan arah hidup dan keseimbangan.
Mengapa kisahnya menarik?
Kisah Kim menunjukkan dua sisi gifted child: keajaiban prestasi dan tantangan psikososialnya.
Bisa dijadikan inspirasional sekaligus reflektif: bukan hanya “anak jenius”, tapi “anak jenius yang manusiawi”.
2. William James Sidis – Si Jenius dari Amerika
![]() |
| William James Sidis sering disebut sebagai anak dengan IQ tertinggi sepanjang sejarah, diperkirakan mencapai 250–300. Foto: Geniuses |
Ia masuk Harvard di usia 11 tahun dan menguasai delapan bahasa sejak kecil.
Tak hanya itu, Sidis menciptakan bahasa baru bernama “Vendergood” dan menulis banyak teori matematika yang sulit dipahami bahkan oleh para profesor di masanya.
Kisahnya menjadi legenda tentang jenius yang terlalu cepat matang untuk zamannya.
Awal kehidupan dan bakat luar biasa
William James Sidis lahir 1 April 1898 di Boston, AS, dari orang tua imigran Rusia-Yahudi.
Ia mulai menunjukkan kemampuan membaca surat kabar (The New York Times) saat umur 18 bulan.
Pada usia 6 tahun, ia menguasai banyak bahasa--termasuk Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, Ibrani, Turki, Armenia.
Di usia 11 tahun sudah diterima di Harvard University, dan memberikan kuliah kepada klub matematika tentang geometri 4-dimensi pada usia 12.
Prestasi dan sisi gelapnya
Lulus Harvard dengan predikat cum laude pada usia 16 tahun (1914).
Meski prestasi akademik menakjubkan, ia kemudian memilih menjauh dari sorotan publik dan memilih hidup sederhana, bahkan anonim--bekerja sebagai pegawai kantor setelah mengalami konflik sosial dan hukum.
Kisahnya sering dijadikan “peringatan” dalam diskusi soal anak-gifted: kemampuan tinggi belum tentu menjamin hidup yang “sukses” dalam pengertian umum.
Sidis menawarkan narasi berbeda: bukan hanya “prestasi” tapi juga “kesejahteraan emosional & sosial”. Bisa jadi pelajaran untuk sistem pendidikan dan pembinaan anak berbakat di Aceh.
Menyoroti bahwa kecerdasan saja tidak cukup, dukungan psikososial dan bimbingan hidup juga krusial.
3. Laurent Simons – Anak Kuliah di Usia 9 Tahun
Dengan IQ sekitar 145, Laurent punya cita-cita mulia: menciptakan organ buatan agar manusia bisa hidup lebih lama. Banyak media menyebutnya sebagai “anak yang menantang batas sistem pendidikan modern”.
Profil dan pencapaian
Laurent Simons berasal dari Ostende, Belgia.
Ia dikenal sebagai “Belgium’s little Einstein”.
IQ-nya dilaporkan minimal 145-- instrumen tes IQ tidak dapat mengukur lebih tinggi dari itu untuk usianya.
Ia memulai sekolah dasar sangat dini dan kemudian masuk universitas.
Pada usia 11 tahun ia menyelesaikan gelar sarjana fisika dari University of Antwerp dalam waktu sekitar satu tahun.
Pada usia 12 tahun, ia memperoleh master dalam fisika kuantum.
Visi dan fokus penelitian
Laurent mengungkapkan bahwa minat utamanya bukan sekadar menjadi yang termuda, tetapi menggabungkan ilmu fisika, bioteknologi dan kedokteran untuk menciptakan organ buatan yang bisa memperpanjang hidup manusia.
Ia pernah melakukan internship riset di laboratorium laser untuk aplikasi medis--menunjukkan bahwa ia serius terhadap science-applied.
Catatan untuk pembaca
Laurent adalah contoh anak gifted masa kini yang menggunakan kemampuan untuk misi sosial/ilmiah besar.
Bisa menjadi inspirasi bagi program pendidikan di Aceh: bahwa kemampuan anak muda bisa diarahkan ke penelitian dan inovasi global.
4. Alia Sabur – Profesor Termuda di Dunia
![]() |
| Alia Sabur, gadis asal Amerika Serikat, mulai kuliah saat berusia 10 tahun dan menyelesaikan gelar doktor pada usia 19. |
Rekornya diakui oleh Guinness World Records sebagai profesor termuda di dunia.
Dengan IQ 180, Alia dikenal karena penelitiannya di bidang material nano dan kontribusinya dalam pendidikan sains bagi perempuan muda.
Ia menjadi simbol bahwa perempuan juga bisa berprestasi luar biasa di dunia teknologi.
Latar belakang dan pencapaian
Alia Sabur lahir 22 Februari 1989 di New York City, AS.
Ia menunjukkan tanda-tanda kecerdasan luar biasa sejak bayi.
Pada usia 8 bulan sudah belajar membaca, pada usia 5 tahun ia telah menyelesaikan pendidikan dasar.
Masuk universitas di usia 10 tahun (Stony Brook University), lulus summa cum laude pada usia 14.
Pada usia 18 tahun 362 hari (19 Feb 2008) ia ditetapkan oleh Guinness World Records sebagai Profesor Universitas termuda di dunia saat itu.
Bidang penelitian: material nano/rekayasa material/multidisiplin.
Namun ia juga mengalami tantangan: terdapat gugatan hukum terhadap universitas yang ia tempati terkait situasi bimbingan doktoralnya.
Alia membuka perspektif: anak gifted perempuan juga bisa bersinar di bidang sains yang seringkali didominasi laki-laki.
Kisahnya relevan untuk pembinaan talenta perempuan muda di Aceh — bahwa gender bukan hambatan untuk keunggulan intelektual.
5. Akiane Kramarik – Pelukis Surga dari Amerika
![]() |
| Anak ajaib Akiane Kramarik (kanan) melukis potret Yesus ini, yang diberi judul "Pangeran Damai", ketika ia berusia 8 tahun. Ia menyelesaikan lukisan berukuran 90 cm x 120 cm itu, yang lebih besar dari ukuran tubuhnya, dalam waktu kurang dari 40 jam. Foto 101highlandlakes.com |
Ia mulai melukis di usia empat tahun dan menghasilkan karya fenomenal “Prince of Peace” yang viral di seluruh dunia.
Akiane mengaku mendapat inspirasi dari pengalaman spiritualnya, sehingga banyak orang menjulukinya sebagai “pelukis surga”.
Kini, karyanya dipamerkan di berbagai galeri dan menjadi simbol keajaiban bakat anak gifted di bidang seni.
Latar dan keunikan bakat
Akiane Kramarik lahir 9 Juli 1994 di Mount Morris, Illinois, AS.
Ia mulai menggambar pada usia 4 tahun, dan melukis serius sejak usia 6.
Karya terkenalnya: “Prince of Peace” yang dilukis pada usia 8 tahun — menggambarkan Yesus berdasarkan visi yang dialaminya.
Motivasi seni dan dampak
Akiane menyatakan bahwa inspirasinya datang dari pengalaman spiritual — ia mengaku memiliki visi-visi tentang “surga” yang kemudian dituangkan ke dalam lukisan.
Karena keunikan dan bakatnya, ia tampil di acara televisi anak (misalnya acara The Oprah Winfrey Show) saat masih sangat muda.
Ia kemudian terus berkarya di bidang seni dan puisi, dengan karya yang telah dipamerkan dan dikoleksi secara internasional.
Akiane menunjukkan bahwa “gifted” tidak hanya dalam sains/matematika — seni juga bisa menjadi jalan yang mengguncang dunia.
Bisa menjadi inspirasi bagi anak-muda Aceh yang berbakat seni, bahwa bakat mereka bisa bergaung di dunia global.
Kisah lima anak gifted ini membuktikan bahwa kecerdasan bukan sekadar angka IQ, tetapi juga tentang semangat belajar dan dedikasi sejak usia muda.
Mereka menunjukkan bahwa usia bukanlah batas untuk mengguncang dunia—selama ada rasa ingin tahu, kerja keras, dan dukungan yang tepat.[]







