Ilustrasi - Anjungan migas lepas pantai. ANTARA/HO-SKK Migas. |
ACEHDIURNA.COM, BANDA ACEH – Perusahaan energi asal Uni Emirat Arab, Mubadala Energy, menargetkan gas perdana dari Blok South Andaman mulai mengalir pada tahun 2028.
Saat ini, proses penyelesaian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) tengah digarap sebagai syarat utama beroperasinya lapangan migas lepas pantai di Aceh tersebut.
Superintendent Social Investment Mubadala Energy, Ruly Bernaputra, dalam pertemuan dengan media di Banda Aceh, Jumat (26/9/2025), mengatakan pihaknya terus melengkapi seluruh perizinan dan tahapan administrasi untuk memastikan proyek strategis ini berjalan sesuai jadwal.
“Target kami gas perdana bisa mengalir 2028. Semua persiapan, baik teknis maupun perizinan, sedang kami kebut,” ujarnya.
Cadangan Besar, Gas Dialirkan ke Lhokseumawe
Blok South Andaman menyimpan potensi besar.
Dua sumur yang sudah terbukti, yakni Layaran-1 dan Tangkulo-1, menjadi andalan.
Dari Layaran-1 saja, cadangan gas mencapai 6 triliun kaki kubik (TCF). Uji alir pun telah sukses dilakukan dan terbukti mengeluarkan gas.
Gas dari blok ini rencananya akan dialirkan ke kawasan Arun, Lhokseumawe, yang memiliki kilang serta fasilitas pendukung industri migas.
Mengenai penyerapan hasil produksi, Mubadala Energy masih menjajaki sejumlah calon pembeli.
Namun, beberapa perusahaan nasional seperti PT PLN, PT PGN, dan PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) telah menjalin komunikasi awal.
“Pembeli harus jelas sebelum produksi dimulai, supaya pasokan gas terserap dengan baik,” tegas Ruly.
Angin Segar untuk Industri Migas Aceh
Kehadiran proyek South Andaman memberi harapan baru bagi kebangkitan industri migas di Aceh.
Setelah lama vakum, aktivitas di kawasan Arun diyakini bakal kembali menggeliat dan menghidupkan roda ekonomi daerah.
Mubadala Energy, perusahaan milik pemerintah Abu Dhabi, dikenal memiliki rekam jejak baik dalam mengedepankan keselamatan kerja dan kelestarian lingkungan.
Selama beroperasi di Selat Makassar, perusahaan ini lima tahun berturut-turut meraih penghargaan Proper Hijau berkat kepatuhan pada standar lingkungan.
“Keselamatan, kesehatan kerja, dan perlindungan lingkungan adalah prioritas utama kami,” tambah Ruly.
Dengan cadangan gas raksasa yang siap dikelola dan komitmen terhadap keberlanjutan, kehadiran Mubadala di Aceh bukan hanya tentang energi, tetapi juga peluang baru bagi ekonomi daerah.[]