![]() |
Rumah Sakit Regional dr. Yulidin Away (RRYA) Tapaktuan resmi dihentikan sementara oleh Pemerintah Aceh |
ACEHDIURNA.COM - Harapan masyarakat di wilayah selatan Aceh untuk segera mendapatkan layanan kesehatan rujukan modern kembali harus menunggu.
Pembangunan tahap finishing Rumah Sakit Regional dr. Yulidin Away (RRYA) Tapaktuan resmi dihentikan sementara oleh Pemerintah Aceh melalui Dinas Kesehatan Aceh, karena keterbatasan waktu pengerjaan di penghujung tahun anggaran 2025.
Plh Kadinkes Aceh, Ferdiyus, M.Kes, menegaskan proyek ini tidak dibatalkan, melainkan akan dilanjutkan pada awal 2026.
“Insha Allah Januari 2026 kita segera luncurkan kembali, sesuai arahan pimpinan dan hasil koordinasi lintas pemangku kepentingan,” ujarnya kepada wartawan, Jumat (19/9/2025) malam.
Ferdiyus membantah adanya tudingan bahwa pihaknya sengaja menunda proyek strategis tersebut.
Ia menjelaskan, penundaan semata-mata karena sisa waktu efektif hanya tiga bulan, sementara mayoritas pekerjaan krusial masih menumpuk pada sektor arsitektural, mekanikal, elektrikal, dan plumbing dari lantai 1 hingga lantai 5.
“Kalau dipaksakan, hasilnya tidak akan maksimal. Kami ingin bangunan ini berfungsi dengan standar yang baik,” tegasnya.
Penundaan finishing RS Regional Yulidin Away berdampak langsung pada masyarakat di wilayah selatan Aceh.
Padahal, rumah sakit ini digadang-gadang akan menjadi pusat layanan rujukan regional yang melayani pasien dari Aceh Selatan, Subulussalam, Aceh Singkil, hingga Simeulue. Hingga kini, pasien dari daerah tersebut masih harus dirujuk ke Banda Aceh atau Medan untuk layanan medis spesialis tertentu.
“Ini memang kabar yang agak mengecewakan bagi masyarakat, karena kebutuhan rumah sakit rujukan di wilayah selatan sangat mendesak. Namun kita tetap optimis, tahun 2026 RS Yulidin Away akan benar-benar berfungsi,” tambah Ferdiyus.
Dengan dihentikannya sementara pengerjaan finishing, masyarakat harus bersabar lebih lama.
Pemerintah Aceh menegaskan komitmennya untuk menuntaskan proyek strategis ini agar benar-benar menjadi fasilitas kesehatan regional yang representatif dan mampu mengurangi ketimpangan layanan kesehatan antarwilayah di Aceh.[]