![]() |
Stealerium, sebuah malware yang tak hanya mencuri data, tapi juga merekam wajah dan aktivitas pribadi pengguna online. (Foto: VIDA) |
ACEHDDIURNA.COM - Dunia maya kembali diguncang oleh kemunculan Stealerium, sebuah malware yang tak hanya mencuri data, tapi juga menyerang privasi paling personal manusia: wajah dan aktivitas pribadinya.
Ancaman ini menandai babak baru dalam kejahatan siber, di mana pelaku tak lagi sekadar mencuri uang, tapi memanfaatkan rasa takut dan malu korban untuk melakukan pemerasan.
Dikutip dari PCWorld, malware ini menyebar lewat email phishing yang tampak seperti pesan resmi dari bank, lembaga amal, hingga layanan streaming.
Sekali korban mengklik tautan atau membuka lampiran berbahaya, Stealerium akan diam-diam menyusup ke sistem.
Yang membuatnya mengerikan, malware ini mampu mendeteksi saat pengguna membuka konten pornografi.
Begitu aktivitas itu terdeteksi, Stealerium secara otomatis mengaktifkan webcam dan merekam wajah korban, serta mengambil tangkapan layar dari perangkat.
Semua data itu kemudian dikirim ke pelaku melalui Discord, Telegram, atau email, dan dijadikan alat pemerasan.
Peneliti keamanan dari Proofpoint menyebut fenomena ini sebagai “evolusi baru sextortion berbasis AI dan automasi”, karena sistemnya mampu bekerja tanpa campur tangan manusia setelah infeksi awal.
Bahkan lebih menakutkan, kode sumber Stealerium telah tersedia gratis di GitHub selama bertahun-tahun, sehingga siapa pun termasuk penjahat amatir bisa menggunakannya.
Tak seperti ransomware yang menargetkan perusahaan, Stealerium membidik individu biasa.
Rasa malu dan ketakutan korban membuat banyak kasus tidak pernah dilaporkan.
“Ini jenis kejahatan yang memanfaatkan sisi psikologis manusia.
Korban tidak hanya kehilangan data, tapi juga ketenangan dan rasa aman,” ujar salah satu analis keamanan Proofpoint.
Untuk mencegah jadi korban, pengguna diimbau untuk:
-
Tidak mudah percaya pada email mendesak atau berisi tautan mencurigakan.
-
Menutup webcam ketika tidak digunakan.
-
Rutin memperbarui sistem dan antivirus.
Kejahatan siber kini semakin berwajah halus.
Bukan lagi soal peretasan besar-besaran, tapi bagaimana teknologi bisa digunakan untuk mengintip dan mempermalukan manusia secara personal.