Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Donald Trump meninggalkan Ruang Makan Negara Gedung Putih setelah konferensi pers di Washington, DC pada 29 September 2025. Foto: Anadolu Agency |
SERAMBINEWS.COM - Perubahan besar yang dilakukan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terhadap rencana Gaza Presiden AS Donald Trump pada Senin (1/10/2025) telah memicu kemarahan di antara para pejabat Arab yang mengambil bagian dalam negosiasi.
Menurut sumber informasi, pejabat dari Arab Saudi, Mesir, Yordania dan Turki sangat tidak senang dengan amandemen tersebut.
Sumber-sumber tersebut menjelaskan bahwa perjanjian yang kini disampaikan kepada Hamas pada dasarnya berbeda dari versi yang sebelumnya dirancang oleh Amerika Serikat melalui koordinasi dengan sekelompok negara Arab dan Islam.
Mereka menekankan bahwa intervensi menit-menit terakhir Netanyahu mengubah rencana dari inisiatif bersama menjadi dokumen yang mencerminkan prioritas keamanan Israel daripada kerangka kerja yang adil untuk perdamaian.
Dalam pertemuan enam jam tertutup pada hari Minggu, utusan Gedung Putih Steve Witkoff dan menantu Trump Jared Kushner bertemu Netanyahu dan penasihat dekatnya Ron Dermer.
Dalam pembicaraan tersebut, Netanyahu berhasil melakukan serangkaian perubahan signifikan, khususnya klausul mengenai kondisi dan jadwal penarikan pasukan Israel dari Gaza.
Versi terakhir dari rencana tersebut sekarang menghubungkan penarikan Israel secara langsung dengan kemajuan dalam pembongkaran senjata Hamas. Hal ini bahkan lebih jauh lagi dengan memberikan hak veto kepada Israel atas keseluruhan proses.
Outlet berita Axios mengut ip para pejabat AS yang mengatakan mereka siap untuk mempertimbangkan permintaan dari Hamas untuk klarifikasi atau penyesuaian khusus, tetapi tidak akan membuka kembali seluruh rencana untuk negosiasi ulang.[]