![]() | |
|
Selama hampir tiga tahun terakhir, ia tinggal di dalam mobilnya sendiri.
Bukan karena terpaksa, melainkan demi berhemat dan tetap bisa menafkahi keluarga yang tinggal di kota lain.
Tinggal di Mobil Demi Keluarga
Yin bekerja sebagai programmer di Beijing, sementara keluarganya tinggal di Tianjin, sekitar 130 kilometer dari tempat kerjanya.
Awalnya, ia sempat menyewa kamar kecil di ibu kota, namun biaya sewanya mencapai sekitar 2.500 yuan per bulan atau hampir Rp 6 juta.
Jumlah itu
dianggap terlalu besar, sehingga ia mencari cara lain agar bisa tetap bekerja
tanpa membebani pengeluaran keluarga.
Akhirnya, Yin memutuskan untuk tinggal di mobil listrik miliknya.
Dengan mobil yang cukup lega, ia menyulap bagian belakang menjadi tempat tidur, sekaligus ruang kerja dan dapur kecil.
Setiap minggu, ia
berangkat ke Beijing pada Senin pagi dan kembali ke Tianjin saat akhir pekan
untuk bertemu istri dan anaknya.
Hidup Hemat tapi Tetap Produktif
Pilihan ekstrem ini membuat pengeluaran Yin jauh lebih ringan.
Ia hanya menghabiskan sekitar 400 yuan (Rp 900 ribu) untuk tol dan 300 yuan (Rp 690 ribu) untuk listrik setiap bulan.
“Selama mobilnya luas dan
stasiun pengisian daya mudah ditemukan, rasanya tidak berbeda jauh dengan
tinggal di hotel,” ujarnya dalam sebuah wawancara.
Rutinitas harian Yin dimulai pukul 06.30 pagi.
Ia berjalan santai di taman dekat area parkir, lalu menyiapkan sarapan menggunakan pemanas listrik kecil.
Untuk mandi, ia memanfaatkan tangki air di mobil saat musim panas, dan kadang pulang sebentar ke rumah di tengah minggu ketika cuaca dingin.
Tantangan terbesar yang diakuinya hanyalah satu: mencari toilet umum.
Antara Pilihan dan Pengorbanan
Meski hidup dalam ruang sempit, Yin tak pernah menganggap dirinya menderita.
Ia justru merasa lebih bebas dan sederhana.
“Saya bisa mengatur hidup saya sendiri, bekerja tenang, dan punya cukup tabungan untuk keluarga,” katanya.
Ia juga kerap mengajak istri dan anaknya berkemah
menggunakan mobil itu saat akhir pekan.
Kisahnya viral di media sosial China.
Banyak yang menilai Yin sebagai contoh sosok ayah tangguh dan pekerja keras.
Namun ada pula yang mengaku tak sanggup hidup sepraktis itu.
Bagi Yin, setiap pilihan hidup selalu
ada risikonya dan yang terpenting baginya adalah bisa membahagiakan keluarganya
di kampung halaman.
Pelajaran dari Kisah Yin
Cerita Yin menjadi cermin tentang bagaimana seseorang bisa menemukan cara hidup yang kreatif di tengah tekanan ekonomi.
Ia membuktikan bahwa gaya
hidup hemat tak selalu berarti kekurangan, dan bahwa pengorbanan kecil bisa
menjadi bukti cinta yang besar untuk keluarga.
Di balik mobil yang sederhana itu, tersimpan ketulusan
seorang ayah yang memilih menunda kenyamanan demi masa depan orang-orang yang
ia cintai.[]

